Selasa, 05 Juni 2012

awal di fonis

Saat saya harus kembali pada lingkungan saya dengan status penderita diabetes, saya mengahadapi segala sesuatunya dengan pembatasan. Saya tidak diberi jajan saat pergi sekolah, saya harus bawa roti tawar dari rumah setiap pergi sekolah dan saya terpaksa sendiri saat jam istirahat masuk. Banyak hal yang membuat saya saat itu harus berkecil hati, ya…, mau dikata apalagi, toh itu masa orientasi saya terhadap penyakit ini.
Dari awal saya difonis mengidap penyakit ini, saya langsung dihadapkan pada satu pilihan yaitu menggunakan insulin tambahan yang mana insulin ini menggunakan alat jarum suntik. Dan beruntungnya saya, saya bukanlah orang yang begitu takut pada alat yang namanya jarum suntik. Saat itu saya langsung diminta untuk suntik 3x dalam sehari setiap sebelum makan dan itu mesti memiliki rentang waktu 8 jam. Mungkin saat di rawat di rumah sakit, makan pada jam 11 malam tidak begitu menimbulkan problem bagi saya tetapi setelah kegiatan itu mesti saya terapkan di rumah, itu sangatlah berat. Disaat ibu dan saudara saya sudah mulai tidur, saya baru bisa makan malam dengan makan yang juga ditakar. Saat itu saya hanya boleh makan setengah ons nasi untuk 1x makan, 5 roti tawar dalam 1 hari dan 1 buah apel dalam satu hari. Bagi saya itu sangat berat karna saya belum mencoba semua makanan yang teman-teman sebaya saya makan. Terkadang saya sering menitikan air mata ketika ibu saya atau saudara-saudara saya makan makanan yang bukan hidangan bagi penderita diabetes, saya coba lari dan menghindar dari mereka dan setelah saya mendapat tempat yang hanya teruntuk untuk saya maka air mata itu mulai menetes sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar