Saat saya
harus kembali pada lingkungan saya dengan status penderita diabetes, saya
mengahadapi segala sesuatunya dengan pembatasan. Saya tidak diberi jajan saat
pergi sekolah, saya harus bawa roti tawar dari rumah setiap pergi sekolah dan
saya terpaksa sendiri saat jam istirahat masuk. Banyak hal yang membuat saya
saat itu harus berkecil hati, ya…, mau dikata apalagi, toh itu masa orientasi
saya terhadap penyakit ini.
Dari awal
saya difonis mengidap penyakit ini, saya langsung dihadapkan pada satu pilihan
yaitu menggunakan insulin tambahan yang mana insulin ini menggunakan alat jarum
suntik. Dan beruntungnya saya, saya bukanlah orang yang begitu takut pada alat
yang namanya jarum suntik. Saat itu saya langsung diminta untuk suntik 3x dalam
sehari setiap sebelum makan dan itu mesti memiliki rentang waktu 8 jam. Mungkin
saat di rawat di rumah sakit, makan pada jam 11 malam tidak begitu menimbulkan
problem bagi saya tetapi setelah kegiatan itu mesti saya terapkan di rumah, itu
sangatlah berat. Disaat ibu dan saudara saya sudah mulai tidur, saya baru bisa
makan malam dengan makan yang juga ditakar. Saat itu saya hanya boleh makan
setengah ons nasi untuk 1x makan, 5 roti tawar dalam 1 hari dan 1 buah apel
dalam satu hari. Bagi saya itu sangat berat karna saya belum mencoba semua
makanan yang teman-teman sebaya saya makan. Terkadang saya sering menitikan air
mata ketika ibu saya atau saudara-saudara saya makan makanan yang bukan
hidangan bagi penderita diabetes, saya coba lari dan menghindar dari mereka dan
setelah saya mendapat tempat yang hanya teruntuk untuk saya maka air mata itu
mulai menetes sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar